Metropop juga merupakan novel urban. ceritanya ringan banget. gak ada unsur sastra yg mengikat. ceritanya biasanya tentang hedonisme. pokoknya cerita kota besar banget deh yg ga mau ribet ini itu.
Novel populer kembali dibagi lagi sesuai dengan temanya. Ada novel percintaan, novel detektif, novel petualangan, novel misteri, dan sebagainya. Dari novel percintaan, dibagi lagi tema yang disesuaikan dengan pembacanya. Pasti sudah tidak asing lagi dengan novel teenlit dan chicklit. Novel seperti ini sudah diterbitkan sejak dulu, hanya saja istilah “teenlit” dan “chicklit” baru muncul di tahun 2000 dan pertengahan 1990-an.
Istilah teenlit mulai dikenal sejak kemunculan novel Princess Diaries karya Meg Cabot, tahun 2000. Sementara chicklit, yang lebih dulu muncul, diawali dari novel White Teeth karya Zadie Smith. Tapi, novel Bridget Jones Diary-lah yang lebih dikenal sebagai pelopor subgenre tersebut. Mungkin karena Bridget Jones Diary lebih dikenal banyak orang, apalagi saat novel tersebut difilmkan dengan judul yang sama pada tahun 2001.
Meski sama-sama berkisah mengenai kehidupan perempuan, chicklit dan teenlit memiliki perbedaan yang tampak jelas. Chicklit, bila dilihat dari asal katanya, merupakan subgenre yang mengisahkan perempuan dewasa. ‘Chick’ berarti sosok wanita muda protagonis yang mandiri, umumnya masih lajang, gaya hidup kosmopolit, mengalami pelbagai problematik percintaan, sedang mendambakan “The One” atau “Mr. Right” alias kekasih pujaan (Anggoro, 2004: 85). ‘Lit’ merupakan kependekan dari literature. ‘Lit’ di sini merujuk pada arti ‘bacaan’, bukan sebutan ‘sastra’ pada umumnya (Anggoro, 2004: 85). Sementara teenlit, terlihat dari asal katanya, yang merupakan kependekan dari ‘teen’ yang berarti remaja dan ‘lit’. Dari sini langsung terlihat perbedaannya.
Chicklit
berkisah mengenai perempuan dewasa (dan biasanya perempuan karier yang sukses) yang hidup di kota metropolitan, sedangkan teenlit berkisah mengenai perempuan remaja yang masih “akrab” dengan dunia sekolah. Keduanya, pada umumnya, sama-sama berkisah mengenai percintaan. Bedanya, chicklit biasa bercerita tentang masalah percintaan si tokoh utama dengan kekasihnya (atau laki-laki yang diharapkan menjadi kekasihnya), sedangkan percintaan dalam teenlit tidak hanya seputar percintaan antara perempuan dan laki-laki, tapi juga antara keluarga, sahabat, dan orang di sekitarnya. Masalah chicklit biasanya seputar problematika percintaan dan karier si tokoh utama, sedangkan teenlit, walaupun mengangkat masalah percintaan si tokoh utama, tidak selalu mengangkat masalah percintaan. Seperti remaja pada umumnya, masalah cita-cita (ke pendidikan yang lebih tinggi setelah SMP atau SMA), kenakalan masa remaja, hubungan persahabatan masa sekolah, hingga masalah keluarga yang mempengaruhi kehidupannya di sekolah, juga menjadi masalah yang dapat ditemui dalam teenlit.
Setelah tidak asing dengan dua istilah subgenre novel populer tersebut, kemudian muncul kembali subgenre baru yang tampak asing dan belum banyak dikenal, yaitu metropop. Sebelumnya saya pernah menyebutkan novel metropop karya Ika Natassa (“Underground karya Ika Natassa”). Metropop ini diciptakan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU). Apabila Anda melihat cover depan yang dipenuhi dengan gambar “khas” novel populer (oya, cover atau sampul juga menjadi salah satu ciri novel populer. Warna-warna cerah biasa menjadi pilihan warna cover novel populer), dan (pastinya) terbitan GPU, coba lihatlah cover belakangnya. Kalau ada label metropop di kanan atas, berarti Anda telah menemukan novel metropop.
Rasa penasaran saya terhadap (kemungkinan) subgenre baru itu semakin menjadi (hehe) setelah melihat bahwa novel metropop itu lumayan digemari di salah satu jejaring sosial. Akhirnya saya memutuskan untuk mengetahui lebih jauh perkembangan metropop ini. Setelah melakukan penelitian yang “menyakitkan”, saya akhirnya mengetahui asal-usul metropop dan perkembangannya di masyarakat, meski baru dilihat dari penilaian penerbit (karena saya tidak melakukan penelitian kuantitatif alias tidak menyurvei ke lapangan). Kalau dijelaskan panjang lebar, pasti jadi luas. Jadi, tentang novel metropop ini akan saya jelaskan singkat, kalau beneran luas, jadi bikin skripsi lagi (-__-)
Kemunculan novel metropop ternyata tidak terlepas dari pengaruh chicklit dan teenlit. GPU ingin menciptakan tren baru. Novel teenlit dan chicklit karya luar diterjemahkan dan dijadikan sebagai awal tren novel populer oleh GPU. Chicklit lebih dulu diterjemahkan dan dijadikan tren novel populer oleh GPU, sedangkan teenlit diterjemahkan sekaligus dijadikan tren kedua. Melihat kepopuleran chicklit, khususnya Bridget Jones Diary, GPU pun memutuskan mencari karya-karya yang isinya juga bercerita tentang kehidupan metropolitan, tapi ditulis oleh pengarang lokal. Kebetulan ada naskah yang sesuai dengan yang diinginkan GPU untuk dijadikan sebagai novel metropop, akhirnya GPU pun menerbitkan novel itu. Novel yang menjadi novel metropop pertama itu adalah novel Jodoh Monica karya Alberthiene Endah.
Ada kriteria yang kemudian diciptakan GPU dalam novel metropop. Kriteria ini ditunjukkan saat diadakan sayembara penulisan novel metropop pada tahun 2005. Tapi, kemudian kriteria inilah yang membangun bagaimana isi novel metropop itu terbentuk. Dalam novel metropop, tema cerita tidak ditentukan, tetapi Gramedia mengharuskan tema cerita berkaitan dengan kehidupan metropolitan. Gramedia menyebutkan bahwa tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel-novel Metropop merupakan tokoh yang dekat dengan kehidupan masyarakat urban Indonesia karena penulisan novel Metropop dilakukan oleh pengarang Indonesia. Perkotaan adalah latar fisik yang terdapat dalam novel metropop. Latar sosial yang digambarkan dalam novel-novel metropop yaitu mencakup gaya hidup masyarakat urban Indonesia, khususnya orang-orang dewasa muda, dan bahasa sehari-hari yang ditulis dengan ringan dan santai. Novel metropop dikategorikan sebagai novel-novel dewasa oleh Gramedia. Gramedia pun menjelaskan bahwa karya-karya Metropop dapat dibaca oleh siapa pun, baik perempuan maupun laki-laki dewasa. Selain itu, Gramedia juga menyebutkan bahwa metropop ditujukan untuk pembaca Indonesia karena tokoh-tokoh di novel ini dekat dengan kehidupan masyarakat urban Indonesia.
Begitulah kriteria yang dikeluarkan oleh GPU. Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa novel itu akan mengalami perkembangan. Misalnya, latar tidak disebutkan harus selalu di Indonesia atau di luar negeri, tapi beberapa pengarang novel metropop menjadikan luar negeri sebagai latar cerita mereka. Sekilas, novel metropop ini memang sama dengan novel populer lainnya. Tapi, yang paling mencolok jika Anda sudah membacanya adalah kesamaannya dengan struktur bercerita ala chicklit. Memang tidak semua novel metropop “berwajah” seperti chicklit. Tapi unsur-unsur seperti tokoh perempuan yang memiliki karier sukses dan hidup mandiri serupa dengan yang biasa diceritakan dalam novel chicklit. Namun, tokoh utama dalam metropop tidak selalu hanya perempuan. Beberapa novel menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai tokoh utama, sedangkan tokoh utama dalam chicklit selalu (dan pasti) perempuan. Perbedaan antara novel metropop dan chicklit itu juga saya teliti. Dan hasilnya, secara garis besar, novel metropop menjadi “wajah” lama yang dibalut kebaruan sehingga menjadi subgenre novel populer. Dengan kata lain, novel metropop layaknya novel chicklit yang ditulis oleh pengarang lokal, hanya saja masih terdapat kemungkinan yang nantinya seutuhnya berbeda dengan chicklit.
Istilah teenlit mulai dikenal sejak kemunculan novel Princess Diaries karya Meg Cabot, tahun 2000. Sementara chicklit, yang lebih dulu muncul, diawali dari novel White Teeth karya Zadie Smith. Tapi, novel Bridget Jones Diary-lah yang lebih dikenal sebagai pelopor subgenre tersebut. Mungkin karena Bridget Jones Diary lebih dikenal banyak orang, apalagi saat novel tersebut difilmkan dengan judul yang sama pada tahun 2001.
Meski sama-sama berkisah mengenai kehidupan perempuan, chicklit dan teenlit memiliki perbedaan yang tampak jelas. Chicklit, bila dilihat dari asal katanya, merupakan subgenre yang mengisahkan perempuan dewasa. ‘Chick’ berarti sosok wanita muda protagonis yang mandiri, umumnya masih lajang, gaya hidup kosmopolit, mengalami pelbagai problematik percintaan, sedang mendambakan “The One” atau “Mr. Right” alias kekasih pujaan (Anggoro, 2004: 85). ‘Lit’ merupakan kependekan dari literature. ‘Lit’ di sini merujuk pada arti ‘bacaan’, bukan sebutan ‘sastra’ pada umumnya (Anggoro, 2004: 85). Sementara teenlit, terlihat dari asal katanya, yang merupakan kependekan dari ‘teen’ yang berarti remaja dan ‘lit’. Dari sini langsung terlihat perbedaannya.
Chicklit
berkisah mengenai perempuan dewasa (dan biasanya perempuan karier yang sukses) yang hidup di kota metropolitan, sedangkan teenlit berkisah mengenai perempuan remaja yang masih “akrab” dengan dunia sekolah. Keduanya, pada umumnya, sama-sama berkisah mengenai percintaan. Bedanya, chicklit biasa bercerita tentang masalah percintaan si tokoh utama dengan kekasihnya (atau laki-laki yang diharapkan menjadi kekasihnya), sedangkan percintaan dalam teenlit tidak hanya seputar percintaan antara perempuan dan laki-laki, tapi juga antara keluarga, sahabat, dan orang di sekitarnya. Masalah chicklit biasanya seputar problematika percintaan dan karier si tokoh utama, sedangkan teenlit, walaupun mengangkat masalah percintaan si tokoh utama, tidak selalu mengangkat masalah percintaan. Seperti remaja pada umumnya, masalah cita-cita (ke pendidikan yang lebih tinggi setelah SMP atau SMA), kenakalan masa remaja, hubungan persahabatan masa sekolah, hingga masalah keluarga yang mempengaruhi kehidupannya di sekolah, juga menjadi masalah yang dapat ditemui dalam teenlit.
Setelah tidak asing dengan dua istilah subgenre novel populer tersebut, kemudian muncul kembali subgenre baru yang tampak asing dan belum banyak dikenal, yaitu metropop. Sebelumnya saya pernah menyebutkan novel metropop karya Ika Natassa (“Underground karya Ika Natassa”). Metropop ini diciptakan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU). Apabila Anda melihat cover depan yang dipenuhi dengan gambar “khas” novel populer (oya, cover atau sampul juga menjadi salah satu ciri novel populer. Warna-warna cerah biasa menjadi pilihan warna cover novel populer), dan (pastinya) terbitan GPU, coba lihatlah cover belakangnya. Kalau ada label metropop di kanan atas, berarti Anda telah menemukan novel metropop.
Rasa penasaran saya terhadap (kemungkinan) subgenre baru itu semakin menjadi (hehe) setelah melihat bahwa novel metropop itu lumayan digemari di salah satu jejaring sosial. Akhirnya saya memutuskan untuk mengetahui lebih jauh perkembangan metropop ini. Setelah melakukan penelitian yang “menyakitkan”, saya akhirnya mengetahui asal-usul metropop dan perkembangannya di masyarakat, meski baru dilihat dari penilaian penerbit (karena saya tidak melakukan penelitian kuantitatif alias tidak menyurvei ke lapangan). Kalau dijelaskan panjang lebar, pasti jadi luas. Jadi, tentang novel metropop ini akan saya jelaskan singkat, kalau beneran luas, jadi bikin skripsi lagi (-__-)
Kemunculan novel metropop ternyata tidak terlepas dari pengaruh chicklit dan teenlit. GPU ingin menciptakan tren baru. Novel teenlit dan chicklit karya luar diterjemahkan dan dijadikan sebagai awal tren novel populer oleh GPU. Chicklit lebih dulu diterjemahkan dan dijadikan tren novel populer oleh GPU, sedangkan teenlit diterjemahkan sekaligus dijadikan tren kedua. Melihat kepopuleran chicklit, khususnya Bridget Jones Diary, GPU pun memutuskan mencari karya-karya yang isinya juga bercerita tentang kehidupan metropolitan, tapi ditulis oleh pengarang lokal. Kebetulan ada naskah yang sesuai dengan yang diinginkan GPU untuk dijadikan sebagai novel metropop, akhirnya GPU pun menerbitkan novel itu. Novel yang menjadi novel metropop pertama itu adalah novel Jodoh Monica karya Alberthiene Endah.
Ada kriteria yang kemudian diciptakan GPU dalam novel metropop. Kriteria ini ditunjukkan saat diadakan sayembara penulisan novel metropop pada tahun 2005. Tapi, kemudian kriteria inilah yang membangun bagaimana isi novel metropop itu terbentuk. Dalam novel metropop, tema cerita tidak ditentukan, tetapi Gramedia mengharuskan tema cerita berkaitan dengan kehidupan metropolitan. Gramedia menyebutkan bahwa tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel-novel Metropop merupakan tokoh yang dekat dengan kehidupan masyarakat urban Indonesia karena penulisan novel Metropop dilakukan oleh pengarang Indonesia. Perkotaan adalah latar fisik yang terdapat dalam novel metropop. Latar sosial yang digambarkan dalam novel-novel metropop yaitu mencakup gaya hidup masyarakat urban Indonesia, khususnya orang-orang dewasa muda, dan bahasa sehari-hari yang ditulis dengan ringan dan santai. Novel metropop dikategorikan sebagai novel-novel dewasa oleh Gramedia. Gramedia pun menjelaskan bahwa karya-karya Metropop dapat dibaca oleh siapa pun, baik perempuan maupun laki-laki dewasa. Selain itu, Gramedia juga menyebutkan bahwa metropop ditujukan untuk pembaca Indonesia karena tokoh-tokoh di novel ini dekat dengan kehidupan masyarakat urban Indonesia.
Begitulah kriteria yang dikeluarkan oleh GPU. Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa novel itu akan mengalami perkembangan. Misalnya, latar tidak disebutkan harus selalu di Indonesia atau di luar negeri, tapi beberapa pengarang novel metropop menjadikan luar negeri sebagai latar cerita mereka. Sekilas, novel metropop ini memang sama dengan novel populer lainnya. Tapi, yang paling mencolok jika Anda sudah membacanya adalah kesamaannya dengan struktur bercerita ala chicklit. Memang tidak semua novel metropop “berwajah” seperti chicklit. Tapi unsur-unsur seperti tokoh perempuan yang memiliki karier sukses dan hidup mandiri serupa dengan yang biasa diceritakan dalam novel chicklit. Namun, tokoh utama dalam metropop tidak selalu hanya perempuan. Beberapa novel menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai tokoh utama, sedangkan tokoh utama dalam chicklit selalu (dan pasti) perempuan. Perbedaan antara novel metropop dan chicklit itu juga saya teliti. Dan hasilnya, secara garis besar, novel metropop menjadi “wajah” lama yang dibalut kebaruan sehingga menjadi subgenre novel populer. Dengan kata lain, novel metropop layaknya novel chicklit yang ditulis oleh pengarang lokal, hanya saja masih terdapat kemungkinan yang nantinya seutuhnya berbeda dengan chicklit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar